Review Film : Keluarga Cemara (2019)

Gilaaaa, makin kesini perfilman Indonesia semakin bagus, mantap! Seperti salah satu film yang akan saya review kali ini, Keluarga Cemara!

Pertama kali dengar Keluarga Cemara itu yang langsung teringat adalah theme song mereka yang kayak gini nih, “Harta yang paliing berhargaaa adalah keluarga! selamat pagiii emak! selamat pagi abah!…” (sambil nyanyi). Ya gak? Kalau kalian yang paling diingat dari Keluarga Cemara apanya coba? Becaknya si abah? atau?

Nah, film Keluarga Cemara ini merupakan adaptasi dari serial TV zaman dulu yang judulnya sama “Keluarga Cemara”. Dulu ngikutin serial TV nya gak? Kalau ngikutin, kangen kalian bakal terobati dengan nonton film ini.

Keluarga cemara kali ini membawa tema yang masih tetap sama seperti dulu, tentang keluarga. Yang menjadi abah adalah Ringgo Agus Rahman, dan emak diperankan oleh Nirina Zubir. Euis (nama panggilan anak pertama mereka) diperankan oleh Zara JKT48 dan Ara (singkatan dari Cemara) anak kedua abah dan emak diperankan oleh Widuri Puteri.

Keluarga Abah awal hidupnya sejahtera, punya rumah mewah, mobil mewah, bahagia lah pokoknya. Tiba-tiba aja rumah mereka disita karena ipar-nya abah, Kang Fajar kena tipu oleh rentenir. Alhasil keluarga abah harus rela meninggalkan rumah mereka. Kejadian ini tepat di hari ulang tahun si Euis yang ke 13. Sial banget nih si Euis, di hari ulang tahunnya malah kenak usir dari rumah. Si Emak pun kebingungan ngadepin orang yang ngusir mereka. Abah tak kunjung pulang. Kesialan dan kesedihan Euis makin bertambah karena si Abah yang dari pagi janji bakal datang tepat waktu untuk acara tiup lilin ulang tahun Euis, tapi gak datang, karena sibuk ngadepin pekerja yang demo di kantor.

Abah yang udah lelah ngadepin pekerja di kantor, begitu pulang langsung kebingungan tapi tetap kelihatan tenang dan tegar. Menenangkan keluarganya yang tidak terima diusir secara paksa dari rumah mereka. Abah mencoba negosiasi dengan rentenir, tapi tidak berhasil. Masih gak percaya kalau dia dibohongin oleh iparnya sendiri. But, life must go on (Si abah udah bisa ngomong Inggris). Akhirnya abah membawa keluarga beserta barang-barang mereka untuk mencari tempat tinggal sementara, yaitu di kantor, atau lebih ke ruangan kerja si abah gitu, kontainer berukuran 20 feet (perkiraan). Sempit-sempitan.

Masalah mulai berdatangan, perusahaan tempat abah kerja bangkrut, tempat tinggal gak punya, mobil dijual (kayaknya sih) soalnya gak diceritain kemana mobilnya. Akhirnya abah membawa keluarganya balik ke desa terpencil di daerah Jawa barat tempat orang tua abah berasal. Awalnya hanya untuk sementara, karena abah lagi ngurus masalah ini ke pengadilan, dan berharap memenangkan kasus ini di pengadilan, sehingga mereka bisa kembali lagi ke Jakarta. Anak-anak pun setuju termasuk emak.

Di desa, mereka tinggal di rumah peninggalan dari orang tua abah. Rumahnya sederhana, tapi luas, khas di pedesaan dan susah sinyal. Awalnya Euis gak betah tinggal di desa, gak sesuai dengan lifestyle-nya yang udah kekota-kota-an. Beda lagi dengan Ara yang langsung bedah tinggal di rumah tersebut, karena halamannya luas, dia bisa main perosotan di rumput, ayunan, rumah pohon, asik dah. Sementara Emak? Emak mah harus betah atuh, ngikutin suami. Hehee.

Kehidupan sesungguhnya dimulai. Kasus abah kalah di persidangan, abah bangkrut. Keluarga abah gak bisa balik ke Jakarta. Tabungan abah udah mulai menipis, sedangkan abah belum dapat kerjaan baru, Ara udah harus sekolah, yang akhirnya di sekolahkan oleh abah di SD Pertiwi, Euis harus sedikit mengalah dengan masuk sekolah yang biasa saja dibandingkan dengan sekolahnya dulu di Jakarta. Emak harus merelakan mas kawin pernikahannya untuk dijual, tapi abah menolak, dan tetap bersikeras mencari jalan lain untuk bekerja.

Akhirnya abah dapat kerjaan, jadi kuli bangunan di proyek pembangunan rumah kecil-kecilan. Keluarga abah hidup dengan sangat sederhana. Sangat berbeda dengan kehidupan mereka waktu di Jakarta. Namun ternyata penderitaan gak cukup sampai disini. Saat kerja, abah dapat musibah, abah jatuh di tempat kerja, kakinya patah, yang membuat abah harus istirahat 1- 2 bulan. Keadaan makin sulit. Tidak ada yang mencari duit untuk menghidupi keluarga abah. Sedih.

Euis kembali harus mengalah. Ia harus membantu keuangan keluarga dengan berjualan opak di sekolahnya. Awalnya berat, tapi ia dibantu oleh teman-temannya yang membuat ia jadi semangat. Ditengah-tengah kejadian seperti ini, Emak hamil. Gak tau ini kabar bahagia atau sedih untuk keluarga abah, karena si Emak nangis, si Abah tetap tenang dan mencoba tegar mendengarnya (ya si abah selalu seperti ini kan), tapi Ara senang banget dengar kabar kalau ia akan punya adek. “semua anak kan punya rezeki masing-masing” kata abah.

Gemes kan si Ara?

Sepanjang film gak terus-terusan sedih kok. Ada lucu-lucunya juga, bahagianya. Yang paling buat gemes sepanjang film itu si Ara. Ada aja tingkahnya yang membuat kita senyum-senyum sendiri, ketawa kecil, ketawa ngakak. Kalau Euis mah buat kita segeer gitu nontonnya. Senyumnya itu lho, manis! Ara juga manis kok senyumnya, tapi ya tetap beda aja gitu auranya si Euis dan Ara.

Manis kan si Euis?
Manis lah ya kan?

Ada juga teman sekolahnya si Euis yang lucu, si Andi. Ada juga si Deni yang naksir Euis tapi masih malu-malu kucing khas anak SMP. Yang buat film ini gak selalu sedih. Ekspresi Ringgo sebagai abah juga pas banget menurut saya. Ekspresi tegarnya, tenangnya, sedihnya, bahagianya. Pas! Nirina? sangat cocok juga sebagai emak yang selalu berusaha menenangkan keluarganya disaat sulit. Salut!

abah dan ara

Endingnya juga pas menurut saya. Setelah abah sembuh dari patah kakinya, abah dapat kerjaan baru yang lebih menjanjikan sesuai dengan zaman sekarang, Ojek Online. Kehidupan keluarga abah mulai bangkit, keuangan mulai teratur, dan abah pun mulai berpikir untuk balik ke Jakarta membawa keluarganya. Mau gak mau rumah peninggalan dijual. Tapi Ara menolak. Ia menganggap tinggal di desa itu asik, bahagia. Si abah jadi sering dirumah, ia bisa tidur 1 kamar dengan Teh Euis, gak ada alasan untuk pindah lagi ke Jakarta. Hhmmmm abah bingung! Euis galau, sedangkan Emak? emak masih nahankan perutnya yang mulai membesar karena hamil dan tiba-tiba aja ketubannya pecah. Lahir lah adeknya Ara, anak ketiga Abah dan Emak tepat di hari ulang tahun Euis yang ke 14. Bahagiaaaaaa!!! Momen terakhir yang buat sedih terharu itu saat Abah beli kue dan lilin alakadarnya untuk memperingati ulang tahun Euis, karena selama ini abah selalu kelihatan “lupa” dengan anak pertamanya yang geulis itu. Sweeettt!

Film keluarga cemara film Indonesia bertema keluarga yang sangat lengkap. Wajib nonton. Sumpah, gak bakal nyesel. Ajak keluarga kalian nonton bareng. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari film ini. Atau kamu udah nonton? punya komentar lain tentang film ini? Yuk share di kolom komentar.

Terima kasih.

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑